Rabu, 16 April 2014

BUKAN ORANG MERDEKA


Saya bukanlah orang merdeka. Saya masih takut mengungkapkan isi hati saya di media sosial. Takut ada yang tersinggung, takut ada yang sakit hati, takut dibenci, takut dilabeli dengan kata alay.

Saya bukanlah orang merdeka yang menjajah hak orang lain untuk mengeluarkan segenap pemikiran yang terkadang membunuh mereka secara mental.

Saya bukanlah orang merdeka karena masih memakanisme diri sendiri untuk bertahan dari pendapat orang lain. Dengan cara apapun saya  bertahan tapi tidak melawan.

Saya bertindak (seolah) tidak peduli namun, setiap kata tidak peduli itu keluar saya justru semakin peduli.

Saya bukanlah orang merdeka karena saya tidak dapat bersuara ketika orang lain menjajah saya. Saya orang yang terjajah, karena dengan segala kondisi, saya merasa layak untuk dijajah.

Sekarang saya menyerukan kemerdekaan pada diri sendiri juga Tuhan. Lalu diri saya yang lain memaki akan hal itu. Apa kemerdekaan itu baik? Apa dijajah itu tidak baik? Apakah esensi dari kemerdekaan itu adalah melawan?

Saya diam. Bahkan dari pemikiran saya sendiri saja saya belum merdeka.

 

15 Februari 2014

ADIL?


Apa arti dari keadilan? Sama rata atau seimbang?

Jika Tuhan yang disebut Maha Adil, mengapa Ia menurunkan manusia ke bumi kemudian mengadilinya? Padahal manusia tidak pernah menghendaki dirinya berurusan dengan bumi.

Diriku yang lain menyahut. Justru karena Tuhan Maha Adil maka Ia menciptakan manusia dengan kehendaknya sendiri.

Tuhan bisa saja membuat manusia taat dan menjalankan setiap peraturan dan menghindari larangan. Tapi, karena manusia juga berdaulat atas dirinya sendiri maka mereka dapat memilih jalannya.

Manusia menjadi bebas mau melakukan perintahnya atau tidak. Namun, jika kita berfaham Tuhan Maha Baik maka peraturan-Nya juga baik maka larangan-Nya menghindarkan kita dari yang jahat

Jika diteliti kembali, ada orang yang hidupnya baik dan menjalankan (hampir) setiap perintah-Nya, akan tetapi hidupnya melarat dan menderita. Para Nabi misalnya. Mengapa masih ada hal demikian? Adilkah Ia? Apakah Tuhan tidak memberi upah pada manusia ‘baik’ tersebut?

Diriku yang lain menyahut. Ia tidak memberi upah dalam bentuk materi yang kasat oleh mata. Ia tidak berurusan dengan darah dan daging.

Lalu Ia berurusan dengan apa?

Dengan roh. Hanya karena sesuatu tidak terlihat bukan berarti tidak ada, bukan?

Diriku yang lain berkata lagi (sebenarnya berteriak) untuk menyuruhku berhenti menjadi Thomas.

Lalu aku diam. Aku berencana menanyakan hal ini lain kali. Siapa tahu jawabannya bisa lebih memuaskan.