Kau dan aku hanya sejauh desah nafas dan degub jantung
Tapi kita sedekat Jakarta dengan Bandung
Tawamu adalah bunga
pukul empat
yang akan terus
bergema
selama bola matamu
mekar
Sedangkan tawamu
adalah suara
yang sangat dicinta
nada-nada
Muncul di notasi
kesunyian
Di dada seorang
pria, sendirian
Suara apakah yang
menghampirimu
sampai-sampai
senyummu tertawa
di setiap detik
ingatanku?
Pernahkah kau
dengar saat malam
menyanyikan
puisinya sendiri?
Di sana ada namamu
Tepat di bait yang
paling haru dalam lagu
Kau tahu apa yang
lebih indah?
Secangkir puisi
yang kau racik
bersama dia yang
berdegub
Saat sang surya
tertidur lelap
Juga desis daun
yang merencanakan
embun-embun
atau doa pagi
sepasang kekasih
Saat oleh mimpi
indah dia terbangun dan tertegun
Apa yang dapat
kukatakan lagi
tentang daun,
embun, mimpi atau pagi
Dalam secangkir
puisi yang kau percikan
Aku mulai lapar
Santaplah segala
yang oleh rindu pernah kau hidangkan
Perlahan saja
Karena mungkin
sesosok yang cinta
ada di dalamya
Menyantapnya tak
pernah mengenyangkan
Karena harap yang
diselimuti rindu
Menghisap apa yang
baru saja tertelan
Seketika
Sebelah kiri oleh @kittingting dan sebelah kanan oleh @SobihAdnan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar