Selasa, 15 Oktober 2013

Puisi Berbalas



Kau dan aku hanya sejauh desah nafas dan degub jantung
Tapi kita sedekat Jakarta dengan Bandung


Tawamu adalah bunga pukul empat
yang akan terus bergema
selama bola matamu mekar

Sedangkan tawamu adalah suara
yang sangat dicinta nada-nada
Muncul di notasi kesunyian
Di dada seorang pria, sendirian

Suara apakah yang menghampirimu
sampai-sampai senyummu tertawa
di setiap detik ingatanku?

Pernahkah kau dengar saat malam
menyanyikan puisinya sendiri?
Di sana ada namamu
Tepat di bait yang paling haru dalam lagu

Kau tahu apa yang lebih indah?
Secangkir puisi yang kau racik
bersama dia yang berdegub
Saat sang surya tertidur lelap

Juga desis daun
yang merencanakan embun-embun
atau doa pagi sepasang kekasih
Saat oleh mimpi indah dia terbangun dan tertegun

Apa yang dapat kukatakan lagi
tentang daun, embun, mimpi atau pagi
Dalam secangkir puisi yang kau percikan
Aku mulai lapar

Santaplah segala yang oleh rindu pernah kau hidangkan
Perlahan saja
Karena mungkin sesosok yang cinta
ada di dalamya

Menyantapnya tak pernah mengenyangkan
Karena harap yang diselimuti rindu
Menghisap apa yang baru saja tertelan
Seketika

Sebelah kiri oleh @kittingting dan sebelah kanan oleh @SobihAdnan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar